Buku “Membumikan Tradisi Yang Hampir Hilang” mengajak pembaca untuk merenungkan perbenturan antara kemodernan dan nilai-nilai tradisi keagamaan yang semakin terkikis oleh kemajuan zaman. Penulis menyoroti bagaimana masyarakat cenderung menggantikan kekuatan Wahyu dengan akal, sehingga makna substansi agama mulai tenggelam. Buku ini mengkritisi fenomena tersebut dengan menyentuh isu-isu simbolik dalam agama yang sering kali dimanipulasi untuk membangkitkan emosi keberagamaan, yang sebenarnya mengaburkan makna sejati dari ibadah.
Dalam konteks masyarakat Mandar, penulis menyoroti bagaimana tradisi lokal yang kental dengan adat istiadat telah lama menyatu dengan agama Islam tanpa ada pertentangan. Buku ini menjelaskan pentingnya menjaga tradisi-tradisi keagamaan yang telah diwariskan oleh para ulama, seperti ziarah makam, tawassul, dan Barazanji, yang di Mandar dikenal dengan istilah Annangguru. Penulis menegaskan bahwa perilaku ulama di Mandar cukup menjadi dalil bagi masyarakat untuk melanjutkan amalan-amalan yang diwariskan, meskipun praktik-praktik ini sering kali dituding sebagai bid’ah oleh sebagian kalangan.
Buku ini tidak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga memberikan landasan ilmiah dan dalil-dalil yang mendukung keberlanjutan amalan-amalan tersebut. Penulis berharap agar pembaca, terutama generasi muda, dapat menyadari pentingnya menjaga dan melanjutkan tradisi-tradisi ini, yang diyakini dapat mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Buku ini merupakan upaya untuk menumbuhkan kembali kesadaran beragama yang sejati di tengah gempuran modernitas yang sering kali mengaburkan makna spiritualitas.
Ulasan
Belum ada ulasan.